Minggu, 21 Maret 2010

LIRIK LAGU

Tuesday, March 10, 2009

Ebiet G Ade - Kosong

Ketika diam menjerat aku
Ke dalam ruang hampa
Angin berhembus tajam mengiris
Menusuk rembulan

Bayanganmu seperti lenyap di sapu gelombang
Perahuku terombang ambing dan tenggelam

Ketika hening merenggut aku
Ke dalam danau jiwa
Suara lanting meronta-ronta
Merobek mentari

Dekapanmu masih terasa hangat dalam dada
Bintang gemintang bersembunyi ke dalam kelam

Kosong, pikiran hampa menerawang
Kosong, langit terasa s’makin gelap
Entah bermimpi tentang apa terpenggal-penggal
Entah senyum kepada siapa aku berserah

Kosong, pikiran hampa menerawang
Kosong, langit terasa s’makin gelap
Mestinya aku hanya diam dalam tawakal
Atau ku urai air mata dalam sembahyang
Atau ku urai air mata dalam sembahyang

Friday, February 13, 2009

Ebiet G Ade - Cintaku kandas di rerumputan

Aku mulai resah
Menunggu engkau datang
Berpita jingga sepatu hitam
Kau bawa cinta yang kupesan

Aku mulai ragu
Dengan keberanianku
Berapa cinta kau tawarkan
Berapa banyak yang kau minta

Aku merasa terjebak dalam lingkaran membiusku
Namun dorongan jiwa tak sanggup ku tahan
Iblis manakah yang merasuk aku memilih cara ini
Mungkinkah aku merasa tak punya apa-apa

Dan ketika engkau datang
Aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu
Lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Ku putuskan untuk berlari
Menghindarimu sejauh mungkin
Cintaku kandas di rerumputan

Aku mulai sadar
Cinta tak mungkin ku kejar
Akan kutunggu harus kutunggu
Sampai saatnya giliranku

Dan ketika engkau datang
Aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu
Lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Ku putuskan untuk berlari
Menghindarimu sejauh mungkin
Cintaku kandas di rerumputan

Saturday, February 7, 2009

Ebiet G Ade - Cinta di kereta biru malam

Semakin dekat aku memandangmu
Semakin rindu di keningmu
Gelora cinta membara di bibirmu
Gemercik hujan di luar jendela
Engkau terpejam bibirmu merekah
Mengisyaratkan rasa di dadaku

Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Menahan dingin di kereta biru malam
Kau nyalakan gairah nafsuku
Kau hela cinta di dadaku

Kau ciptakan musik irama tralalalala lala
Kau ciptakan gerak irama tralalalala
Kau ciptakan panas irama tralalalala lala
Kau ciptakan diam, irama tralalala lala, la la la la

Bukti keringat basah bersatu
Nafas birahipun besar
Kereta makin terlambat berhenti
Ku ulurkan lembut tanganku
Ku benahi kusut gaunmu
Engkau tersenyum pergi dan menangis

Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
kini basah bersimbah peluh kita berdua
Kuhempaskan lelah tubuhku
Kubuang cinta di dadaku

Ku ciptakan janji irama tralalalala lala
Ku ciptakan ingkar irama tralalala
Ku ciptakan dosa irama tralalala lala
Ku ciptakan diam irama tralalala lala la, lalala

Friday, November 21, 2008

Ebiet G Ade - Izinkan ku reguk cintaMu

Aku bertasbih bukan hanya karena
Takut akan azab neraka
Aku bertahmid bukan hanya karena
Ingin merebut nikmat surgaMu


Aku bertakbir seluruh jiwa dan raga
Karena sungguh mendambakanMu
MerindukanMu, mencintaiMu
Kekasihku


Izinkan aku membasahi sajadah
Bersimbah air mata dalam sujud
Aku bertakbir seluruh jiwa dan raga
Karena sungguh mendambakanMu
MerindukanMu, mencintaiMu
Kekasihku


Engkaulah yang Maha Perkasa
Engkaulah yang Maha Segalanya..
Ya Allah.., Ya Rahman.., Ya Rahim.., Ya Karim..
S’gala puji bagiMu..


Izinkan aku nunduk memohon ampun
Lafdazkan taubat dan istigfar
Aku bertakbir seluruh jiwa dan raga
Karena sungguh mendambakanMu
MerindukanMu.., mencintaiMu..
Kekasihku..


Engkaulah yang Maha Perkasa
Engkaulah yang Maha Segalanya..
Ya Allah.., Ya Rahman.., Ya Rahim.., Ya Karim..
Segala puji bagiMu..
Izinkan aku reguk cintaMu..

Monday, October 6, 2008

Ebiet G Ade - Camelia II

Gugusan hari-hari
Indah bersamamu Camelia
Bangkitkan kembali
Rinduku mengajakku kesana

Ingin ku berlari
Mengejar seribu bayangmu Camelia
Tak pedulikan ku terjang
Biarpun harus ku tembus padang ilalang

Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan t’lah menahanku
Ingin ku maki mereka berkata
“Tak perlu kau berlari,
Mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi,
Maka biarkan dia datang,
Di hatimu, di hatimu..”

Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan t’lah menahanku
Ingin ku maki mereka berkata
“Tak perlu kau berlari,
Mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi,
Maka biarkan dia datang,
Di hatimu.., di hatimu..
Di hatimu.., di hatimu..
Di hatimu.., di hatimu..
Di hatimu.., di hatimu..”

Thursday, August 21, 2008

Ebiet G Ade - Seraut wajah


Wajah, yang s’lalu dilumuri senyum
Legam, tersengat terik matahari
Keperkasaannya tak memudar
Terbaca dari garis-garis di dagu


Waktu telah menggilas semuanya
Ia, tinggal punya jiwa
Pengorbanan yang tak sia-sia
Untuk negeri yang dicintai dikasihi


Tangan dan kaki rela kau serahkan
Darah, keringat rela kau cucurkan
Bukan hanya untuk ukir namamu
Ihklas demi langit bumi
Bersumpah mempertahankan
Setiap jengkal tanah


Wajah, yang tak pernah mengeluh
Tegar dalam sikap sempurna
Pantang menyerah


Tangan dan kaki rela kau serahkan
Darah, keringat rela kau cucurkan
Bukan hanya untuk ukir namamu
Ihklas demi langit bumi
Bersumpah mempertahankan
Setiap jengkal tanah..


Merah merdeka
Demi merdeka
Pernah merdeka

Ebiet G Ade - Untuk kita renungkan


Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Ooo singkirkan debu yang masih melekat


Du du du du du..
Du du du.. Oo.. Ooo.. Oo.. ho


Anugerah dan bencana adalah kehendaknya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Adalah Dia di atas segalanya


Anak menjerit-jerit
Rasa panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita meski banyak bebenah
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista Ooho..


Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari hanyalah sujud padaNya


Du du du du du
Du du du.. Oo.. Ooo.. Oo.. ho

Ebiet G Ade - Elegi besok pagi


Ijinkanlah kukecup keningmu
Bukan hanya ada di dalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapat seikat kembang merah


Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Menyambut pagi membuang sepi


Ijinkanlah aku kenang
Sejenak perjalanan
Dan biarkan ku mengerti
Apa yang tersimpan di matamu


Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi diatas mimpi


Ijinkanlah aku rindu
Pada hitam rambutmu
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini


Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi diatas mimpi

Ebiet G Ade - Menjaring matahari


Kabut,
Sengajakah engkau mewakili pikiranku
Pekat,
Hitam berarak menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam gelap


Mendung,
Benarkah pertanda akan segera turun hujan
Deras,
Agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang pernah dirundung kegalauan


Roda zaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup terus diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana


Dialah.. Tuhan
Dialah.. Tuhan..


Roda zaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup terus diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana..


Dialah.. Tuhan
Dialah.. Tuhan..

Ebiet G Ade - Rembulan menangis


Rembulan menagis
Diserami malam
Bintang buah hatimu
Di cabik tangan-tangan serigala


Bintang-bintang bulan
Beku dalam luka Oh
Untukmu saudaraku
Kami semua turut berduka


Lolong burung malam di rimba
Melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
Duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
Untukmu


Anginpun menjerit
Badai bergemuruh oh
Semuanya marah
Hanya iblis terbahak, bersorak


Lolong burung malam di rimba
Melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
Duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu


Lolong burung malam di rimba
Melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
Duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
Untukmu
Untukmu
Untukmu
Untukmu

Ebiet G Ade - Kalian dengarkah keluhanku


Dari pintu ke pintu
Ku coba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan ke ibunya


Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seperti hendak telanjangi
Dan kuliti jiwaku


Apakah buku diri ini
Harus selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang
Mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana
Tak pernah menghukum
Dengar sinar matanya yang lebih tajam
Dari matahari


Kemanakah sirnanya nurani embun pagi
Yang biasanya ramah kini membakar hati
Apakah bila terjanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali


Kembali dari keterasingan ke bumi berada
Ternyata lebih menyakitkan dari derita panjang
Tuhan bimbinglah batin ini
Agar tak gelap mata
Dan sampakanlah rasa inginku
Kembali bersatu


Kemanakah sirnanya nurani embun pagi
Yang biasanya ramah kini membakar hati
Apakah bila terjanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali

Ebiet G Ade - Cinta sebening embun

Pernahkan kau coba menerka
Apa yang tersembunyi di sudut hati
Derita di mata, derita dalam jiwa
Kenapa tak engkau pedulikan


Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik di bawah seberkas pelangi
Gelora cinta gelora dalam dada
Kenapa tak pernah engkau hiraukan


Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
Sejauh batas pengertian, pintu pun tersibak
Cinta mengalir sebening embun
Kasihpun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun


Pernahkan kau coba membaca
Sorot mata dalam menyimpan rindu
Sejuta impian, sejuta harapan
Kenapa mesti kau abaikan


Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
Sejauh batas pengertian, pintu pun tersibak
Cinta mengalir sebening embun
Kasihpun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
Sejauh batas pengertian, pintu pun tersibak
Cinta mengalir sebening embun
Kasihpun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun

Monday, August 18, 2008

Ebiet G Ade - Titip rindu buat ayah

Dimatamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan
Terpahat dikeningmu


Kau Nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul berat yang makin sarat
Kau tetap bertahan


Engkau telah mengerti hitam
Dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran
Perjuangan


Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkus
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setiap setia


Ayah.. dalam hening sepi kurindu
Untuk.. menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban


Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkus
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setiap setia

Ebiet G Ade - Kupu-kupu kertas

Setiap waktu engkau tersenyum
Di sudut matamu memancarkan rasa
Keresahan yang terbenam
Kerinduan yang tertahan
Duka dalam yang tersembunyi
Jauh di lubuk hati
Kata-katamu riuh mengalir bagai gerimis


Seperti angin tak pernah diam
Slalu beranjak setiap saat
Menebarkan jala asmara
Menaburkan aroma luka
Benih kebencian kau tanam
Bahkan lading gersang
Entah sampai kapan berhenti menipu diri..


Kupu-kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Di bias lampu temaram


Membasuh debu yang lekat dalam jiwa
Mencuci bersih dari sgala kekotoran


Aku menunggu hujan turunlah
Aku emngharap badai datanglah
Gemuruhnya akan melumatkan semua
Kupu-kupu kertas


Kupu-kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Di bias lampu temaram
Kupu-kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Di bias lampu temaram
Kupu-kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Di bias lampu temaram

Ebiet G Ade - Nyanyian rindu

Coba engkau katakan padaku
Apa yang seharusnya aku lakukan
Bila larut tiba, wajahmu terbayang
Kerinduan ini semakin dalam


Gemuruh ombak di Pandai Kuta
Sejuk lembut angin di Bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
Tak mampu mengusir kau yang manis


Bila saja kau ada disampingku
Sama-sama arungi danau biru
Bila malam mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah


Coba engkau dengar lagu ini
Aku yang tertidur dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar jadi penuh gambar
Wajahmu yang bening sejuk segar


Kapan lagi kita akan bertemu
Meski hanya sekilas kau tersenyum
Kapan lagi kita nyanyi bersama
Tatapanmu membasuh luka

Ebiet G Ade - Lagu untuk sebuah nama

Mengapa jiwaku mesti bergetar
Sedang musikpun manis ku dengar
Mungkin karna ku lihat lagi
Lentik bulu matamu, bibirmu
Dan rambutmu yang kau biarkan
Jatuh bergerai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta


Mengapa aku meski duduk disini
Sedang kau tepat di depanku
Mestinya aku berdiri berjalan ke depanmu
Kusapa dan ku nikmati wajahmu
Atau ku isyaratkan cinta
Tapi semua tak ku lakukan
Kata orang cinta mesti berkorban


Mengapa dadaku mesti berguncang
Bila ku sebutkan namamu
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku
Itu pasti, tapi aku tak mau peduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar ku cumbui bayangmu
Dan kusandarkan harapanku

Ebiet G Ade - Masih ada waktu

Bila masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan doa perjalanan abadi


Kita mesti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang pergi menghadap
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mengheningkan cipta


Kita meski bersyukur
Bahwa kita masih di beri waktu
Entah sampai kapan
Tak ada yang dapat menghitung


Hanya atas kasihNya
Hanya atas kehendakMu
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat mencoba meminjam catatannya


Sampai kapan kita berada
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu


Kita meski bersyukur
Bahwa kita masih di beri waktu
Entah sampai kapan
Tak ada yang dapat menghitung


Hanya atas kasihNya
Hanya atas kehendakMu
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat mencoba meminjam catatannya


Sampai kapan kita berada
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu

Ebiet G Ade - Berita kepada kawan

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan


Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Kaki tergetar menempa kering rerumputan
perjalanan inipun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih


Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini


Sesampainya di laut, kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit


Barangkali disana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang


Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini


Sesampainya di laut, kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit


Barangkali disana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Lirik Ebiet G Ade - Aku ingin pulang

Kemanapun aku pergi
Bayang-bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
Slalu engkau temukan
Aku merasa letih
Dan ingin sendiri


Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang
Dalam kesunyian


Aku mencari jawaban di laut
Ku seret langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan menghentikan petualangan
Du du du du du du du..


Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa-bawa
Perasaan yang bersalah
Datang menghantuiku


Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah ku patahkan


Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa
Aku ingin pulang
Aku harus pulang
Aku ingin pulang
Aku harus pulang
Aku harus pulang
(www.liriklagukenangan.blogspot.com)

0 comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar